Senin, 15 Januari 2018

Tantangan hari ke - 10 #11



Bismillahirrahmanirrahim...


Bunda Nasruniyati Mahmud dan Bunda Wahyuni Saidin menutup tantangan 10 hari level 11 ini dengan memaparkan "PERAN ORANGTUA TERHADAP FITRAH SEKSUALITAS ANAK.




Terus ini seharusnya peran orang tua terhadap pengembangan fitrah seksual anak.

👇👇👇

Mendidik  fitrah anak orangtua sangat perlu untuk mengantisipasi hal ini; dimulai dari fase pengasuhan anak.


Mendidik Fitrah Seksualitas adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya, yaitu bagaimana seorang lelaki berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagaimana lelaki Juga bagaimana seorang perempuan berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai seorang perempuan.


Hal ini disampaikan oleh Harry Santosa, pakar parenting berbasiskan fitrah. Ia menjelaskan, fitrah seksualitas ini perlu dirawat dengan kehadiran, kedekatan, kelekatan Ayah dan Ibu secara utuh dan seimbang sejak anak lahir sampai usia akil baligh (15 tahun).


Menurut Harry, pada tahap usia 0-2 tahun, anak lelaki maupun anak perempuan seyogyanya lebih didekatkan kepada Ibu karena masih dalam masa menyusui. “Menyusui adalah tahap awal penguatan semua konsepsi fitrah termasuk fitrah keimanan dan fitrah seksualitas,” tutur Harry.


Sedangkan pada tahap usia 3 hingga 6 tahun merupakan tahap Penguatan Konsepsi Gender dengan imaji positif tentang gendernya masing masing. “Indikator tumbuhnya fitrah seksualitas di tahap ini adalah anak dengan jelas dan bangga menyebut gendernya di usia 3 tahun,” Harry menambahkan.


Pada tahap usia 7 hingga 10 tahun ialah fase penyadaran Potensi Gender dengan beragam aktifitas yang relevan dengan gendernya. Anak lelaki yang telah ajeg konsep kelelakiannya pada usia 0-6 tahun, maka kini disadarkan potensi kelelakiannya langsung dari Ayah. Anak lelaki lebih didekatkan ke Ayah.


“Ayah mengajak anak lelakinya pada peran dan aktifitas kelelakian pada kehidupan dan sosialnya, termasuk menjelaskan mimpi basah, fungsi sperma dan mandi wajib. Begitupula anak perempuan lebih didekatkan ke Ibu untuk disadarkan peran keperempuanannya dalam kehidupan sosialnya. Indikator di tahap ini adalah anak lelaki kagum dan ingin seperti ayahnya, anak perempuan kagum dan ingin seperti ibunya,” tukas Harry.


Sedangkan pada usia 11 hingga 14 tahun adalah tahap Pengujian Eksistensi melalui ujian dalam kehidupan nyata. Anak lelaki yang telah sadar potensi kelelakiannya kini harus diuji dengan memahami mendalam lawan jenisnya langsung dari ibunya.


“Maka anak lelaki di tahap ini lebih didekatkan kepada ibunya agar memahami cara pandang perempuan dari kacamata perempuan (dalam hal ini ibunya). Anak perempuan juga sebaliknya, lebih didekatkan ke ayahnya agar memahami mendalam bagaimana cara pandang lelaki dari kacamata lelaki (dalam hal ini ayahnya),”


Hingga pada usia 15 tahun hingga lebih ialah tahap penyempurnaan fitrah seksualitas sehingga menjadi peran keayahbundaan. Masa ini, ia mengatakan, merupakan masa Aqil Baligh atau anak bukan lagi anak-anak, tetapi mitra bagi orangtuanya. Secara syariah anak telah Mukalaf atau mampu memikul beban syariah, termasuk kemampuan untuk menikah atau menjadi ayah sejati atau menjadi ibu sejati.


“Anak-anak yang kehilangan salah satu sosok orangtua baik karena meninggal atau karena perceraian, maka wajib segera diberikan sosok pengganti sampai mencapai aqilbaligh baik dari keluarga besar maupun komunitas/jamaah kaum Muslimin,” tukasnya.


Ia menekankan, fitrah Seksualitas ini tidak tumbuh berdiri sendiri harus pula diiringi tumbuhnya fitrah lainnya seperti fitrah keimanan, fitrah individualitas dan fitrah sosialitas sehingga agar juga tidak mudah ditularkan penyimpangan seksual oleh lingkungan.


“penyimpangan fitrah seksualitas, bukan genetik tetapi karena salah pengasuhan atau tidak diagendakan dalam pendidikan atau penularan perilaku lingkungan,”


Menurut Elly risman, dalam tahap perkembangan anak, aspek yang biasanya luput dari perhatian orangtua adalah perkembangan seksual. Sementara anak-anak mengalami dua masa kritis, yakni saat berusia tiga tahun dan saat pubertas.

🍁🍁🍁🍁🍁

Tanya jawab :

1. (T) Pada usia 3 tahun dikatakan kritis pada kondisi seperti apa bun?

(J) Pada saat usia ini  anak-anak harus mendapat pemahaman yang benar mengenai jati dirinya. Misal, anak laki-laki diarahkan menjadi laki-laki, begitu juga perempuan harus diarahkan sebagai kaum hawa.
Komunikasi sangat berpengaruh, cara orangtua berkomunikasi dengan anak salah satu yang paling berbahaya. Memerintah, menyalahkan, membanding-bandingkan, berbohong, mengkritik berdampak bikin anak menjadi tidak berharga, konsep diri buruk dan dendam. Dan diusia ini jg sangat besar pengaruh gadget. Jika anak sdh terlanjur kenal. Berpotensi terpapar pornografi

2. Bagaimana atau apa yang dilakukan,  bila orang tua sudah menemukan teman bermain anak yg memberi pengaruh tidak baik ke anak-anak ?

(J) Kalau saya jujur belum merasakan ini dalam kehidupan realnya..

Namun Mendidik  fitrah anak, orangtua sangat perlu untuk mengantisipasi  dimulai dari fase pengasuhan anak. Seperti penjelasan diawal tadi

Tidak bosan menasehati,memberitahu serta mendoakan.

3. (T) Bgmn kl anak rusak krn orang tuanya?

Terus terang sy masih shock, td plg arisan sy singgah dirumah kk, dan ipar sy cerita kl ada salah seorang pekerjanya masuk penjara, krn perkosa anak kandungnya usia 10 thn. Astaghfirullah pdhl kata mama, orgnya sehari2 pendiam tdk banyak bicara. Tp memang org tua bercerai, anak ikut bpk dan kakek nenek.

Sedih membayangkan masa depan anak itu 😢

(J) Dua hal yang penting (dari sekian banyak hal yang harus diperhatikan):
1. Orang tua harus mengajarkan dasar-dasar ilmu agama, adab islam dan akhlak mulia
Jika tidak ada dasar agama, anak bisa jadi sukses dunia tetapi tidak memperhatikan bakti kepada kedua orang tua dan mempunyai adab yang buruk atau menelantarkan orang tua ketika mereka di usia tua
sebagaimana perkataan:
 ﻳﺎﺃﺑﺖ, ﺇﻧﻚ ﻋﻘﻘﺘﻨﻲ ﺻﻐﻴﺮﺍ ﻓﻌﻘﻘﺘﻚ ﻛﺒﻴﺮﺍ, ﻭﺃﺿﻌﺘﻨﻲ ﻭﻟﺪﺍ ﻓﺄﺿﻌﺘﻚ ﺷﻴﺨﺎ
“Wahai ayahku, sungguh engkau mendurhakaiku di waktu kecil maka aku pun mendurhakaimu dikala aku besar. Engkau menelantarkanku di waktu kecil maka aku

terlantarkan engkau di kala tua nanti.” [3]
Sedangkan anak yang baik agamanya ia akan berusaha berbakti kepada orang tua mereka
2. Orang tua harus memperhatikan  baik-baik, dengan siapa anak-anak bergaul dan lingkungannya
Sebagian orang tua kaget, anak mereka baik di rumah tetapi menjadi rusak di luar rumah. Karena orang tua tidak melarang atau mengarahkan ketika anak-anak mereka ketika berada di lingkungan yang buruk atau teman-teman yang buruk. Anak-anak dan manusia secara umum sangat cepat terpengaruh teman dan lingkungan mereka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺍﻟْﻤَﺮْﺀُ ﻋَﻠَﻰ ﺩِﻳﻦِ ﺧَﻠِﻴﻠِﻪِ ﻓَﻠْﻴَﻨْﻈُﺮْ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳُﺨَﺎﻟِﻞُ
“Seseorang akan sesuai dengan kebiasaan/sifat sahabatnya. Oleh karena itu, perhatikanlah siapa yang akan menjadi sahabat kalian ”.

SANGAT PENTING memperhatikan lingkungan dan pertemanan anak-anak kita.
Hendaknya ayah sebagai kepala keluarga benar-benar memperhatikan hal ini. Intropeksi diri dan jauhi maksiat karena maksiat yang suami lakukan bisa berpengaruh buruk pada istri dan anak-anaknya
Sebagian ulama berkata,
إن عصيت الله رأيت ذلك في خلق زوجتي و أهلي و دابتي
“Sungguh, ketika bermaksiat kepada Allah, aku mengetahui dampak buruknya ada pada perilaku istriku, keluargaku dan anak-anakku serta hewan tungganganku.”
Demikian semoga bermanfaat.

Inilah dampaknya bund kalau orang tua tidak faham tanggungjawabnya sebagai ayah. Padahal seharusnya peran ayah itu menjauhkan diri dan keluarga dari api neraka

🍀🍀🍀🍀🍀


Bunda sayang
Level 11
Tantangan 10 

#Tantangan10hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#FitrahSeksualitasAnak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar